Nama
lengkap
|
Juventus
Football Club S.p.A.
|
Julukan
|
|
Didirikan
|
|
Stadion
|
Juventus Arena, Torino
(Kapasitas: 41.000) |
Pemilik
|
Keluarga
Agnelli (melalui Grup FIAT dan Exor S.p.A)
|
Presiden
|
Andrea Agnelli
|
Pelatih
|
Antonio Conte
|
Liga
|
Seri A
|
2010-11
|
Seri A,
peringkat 7
|
Juventus
Football Club (dari bahasa Latin:
iuventus: masa muda, diucapkan [juˈvɛntus]), biasa disebut sebagai Juventus
dan popular dengan nama Juve, merupakan sebuah klub sepak bola
profesional asal Italia
yang berbasis di kota Turin,
Piedmont,
Italia. Klub ini didirikan pada 1897 dan telah mengarungi beragam sejarah manis, dengan
pengecualian kejadian musim 2006-2007, di Liga Italia Seri-A.
Klub ini sendiri merupakan salah satu anak perusahaan dari FIAT Group, yang saat ini
dimiliki oleh keluarga Agnelli, dan membawahi perusahaan-perusahaan lain
seperti Fiat Automobile, tim F1 Scuderia
Ferrari, Ferrari Corse, dan Maserati
Automobile.
Juventus
merupakan klub tersukses dalam sejarah Liga Italia
Seri-A dengan raihan 27 gelar juara (Scudetto), dan juga
tercatat sebagai salah satu klub tersukses di dunia. Merujuk pada International
Federation of Football History and Statistics, sebuah organisasi
internasional yang berafiliasi pada FIFA, Juventus menjadi klub terbaik Italia pada abad 20, dan
menjadi klub terbaik Italia kedua di Eropa dalam waktu yang sama.
Secara
keseluruhan, klub ini telah memenangi 51 kejuaraan resmi. Dengan rincian 40 di
Italia, dan 11 di zona UEFA dan dunia, Sekaligus menjadikannya sebagai klub
tersukses keempat di Eropa, dan ketujuh di dunia, dengan gelar-gelar dunia yang
diakui oleh enam organisasi konfederasi sepak bola, dan tentunya FIFA.
Klub ini
menjadi klub pertama Italia dan Eropa Selatan yang berhasil memenangi gelar
Piala UEFA (sekarang namanya menjadi Liga Europa). Pada 1985, Juventus menjadi
satu-satunya klub di dunia yang berhasil memenangi seluruh kejuaraan piala
internasional dan kejuaraan liga nasional, dan menjadi klub Eropa pertama yang
mampu menguasai semua kejuaraan UEFA dalam satu musim.
Juventus
juga menjadi salah satu klub sepak bola Italia dengan jumlah fans terbesar, dan
diperkirakan ada 170 juta orang didunia yang juga menjadi fans Juve. Klub ini
menjadi salah satu pencipta ide European Club Association, yang dulu dikenal
dengan nama G-14,
yang berisikan klub-klub kaya Eropa. Klub ini juga menjadi penyumbang terbanyak
pemain untuk tim nasional Italia.
Sejak 2006
klub ini bermarkas di Stadio Olimpico di Torino yang
menggantikan markas sebelumnya yaitu yang dirubuhkan dan dibangun
ulang sebagai stadion baru bernama . Juventus resmi memakai stadion baru mereka tesebut pada awal
September 2011.
Sejarah
Sejarah Juventus
F.C.
Awal mula (1887–1922)
Foto
bersejarah, Juventus FC di tahun 1898.
Juventus FC
di tahun 1903.
Juventus
didirikan dengan nama Sport Club Juventus pada pertengahan tahun 1897 oleh
siswa-siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum di daerah Liceo D’Azeglio, Turin.
Awal mula dibentuknya klub ini adalah sebagai pelampiasan dari anak-anak yang saling berteman dan
menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama dan bersenang-senang serta
melakukan berbagai hal positif. Usia anak-anak tersebut rata-rata 15 tahunan,
yang tertua berumur 17 dan lainnya di bawah 15 tahun. Setelah itu, hal yang
mungkin tidak jadi masalah sekarang ini tapi merupakan hal yang terberat bagi
pemuda-pemuda tersebut saat itu adalah mencari markas baru. Salah satu pendiri
Juventus, Enrico Canfari dan teman-temannya kemudian memutuskan untuk mencari
sebuah lokasi dan akhirnya mereka menemukan salah satu tempat yaitu sebuah
bangunan yang memiliki halaman yang dikelilingi tembok, mempunyai 4 ruangan,
sebuah kanopi dan juga loteng dan keran air minum. Selanjutnya, Canfari
menceritakan tentang bagaimana terpilihnya nama klub, segera setelah mereka
menemukan markas baru. Akhirnya, tibalah pertemuan untuk menentukan nama klub
dimana terjadi perdebatan sengit di antara mereka. Di satu sisi, pembenci nama latin, di sisi lain penyuka nama
klasik dan sisanya netral. Lalu, diputuskanlah tiga nama untuk dipilih;
"Societa Via Port", "Societa sportive Massimo D’Azeglio",
dan "Sport Club Juventus". Nama terakhir belakangan dipilih tanpa
banyak keberatan dan akhirnya resmilah nama klub mereka menjadi "Sport
Club Juventus", tetapi kemudian berubah nama menjadi Foot-Ball Club
Juventus dua tahun kemudian Klub ini lantas bergabung dengan Kejuaraan Sepak
Bola Italia pada tahun 1900. Dalam periode itu, tim ini menggunakan pakaian
warna pink dan celana hitam. Juve memenangi gelar Seri-A perdananya pada 1905,
ketika mereka bermain di Stadio Motovelodromo
Umberto I. Di sana klub ini berubah warna pakaian menjadi hitam
putih, terinspirasi dari klub Inggris Notts County.
Pada 1906,
beberapa pemain Juve secara mendadak menginginkan agar Juve keluar dari Turin.[3] Presiden Juve saat itu, Alfredo
Dick kesal dan ia memutuskan hengkang untuk kemudian membentuk tim tandingan
bernama FBC Torino yang kemudian menjadikan Juve
vs. Torino sebagai Derby della Mole Juventus sendiri ternyata tetap eksis
walaupun ada perpecahan, bahkan bisa bertahan seusai Perang Dunia I.
Masuknya Keluarga Agnelli dan merajai Italia
(1923–1980)
Omar Sivori, John Charles, dan Giampiero Boniperti
di era 1950-an.
Pemilik FIAT,
Edoardo Agnelli mengambil alih kendali
Juventus pada 1923, dimana kemudian ia membangun stadion baru. Hal ini memberikan semangat baru
untuk Juventus, dimana pada musim 1925-26, mereka berhasil menjadi scudetto
dengan mengalahkan Alba Roma dengan
agregat 12-1. Pada era 1930-an, klub ini menjadi klub super di Italia dengan
memenangi gelar lima kali berturut-turut dari 1930 sampai 1935, dibawah asuhan
pelatih Carlo Carcano, dan beberapa pemain bintang
seperti Raimundo Orsi, Luigi Bertolini, Giovanni Ferrari dan Luis Monti.
Juventus
kemudian pindah kandang ke Stadio Comunale,
tetapi di akhir 1930-an dan di awal 1940-an mereka gagal merajai Italia. Bahkan
mereka harus mengakui tim sekota mereka, A.C. Torino. Secercah prestasi
kemudian muncul di musim 1937-38 saat Juve menjuarai Piala Italia pertama
mereka setelah di final mengalahkan klub sekota mereka, Torino.
Setelah
berada di posisi 6 pada musim 1940-41, Juve lantas merebut Piala Italia kedua
mereka di musim berikutnya. Di periode ini, Italia ikut Perang Dunia II dan ini
membuat jalannya Liga menjadi terhambat. Sepakbola Italia kemudian memutuskan
untuk terus berlangsung saat masa perang berjalan. Pada 1944, Juve ikut serta
dalam sebuah turnamen lokal, yang akhirnya urung diselesaikan. Pada 14 Oktober,
Liga kembali bergulir dan ditandai dengan derby Torino vs. Juventus. Torino
yang saat itu mendapat sebutan "Grande Torino" kalah 2-1 dari
Juventus. Namun di akhir musim justru Torino berhasil juara. Pada jeda musim
panas, sebuah peristiwa penting terjadi di Juve pada 22 Juli 1945, Gianni Agnelli mengambil alih posisi
presiden klub, meneruskan tradisi keluarga Agnelli. Dalam kepempinannya,
Agnelli mendatangkan Giampiero Boniperti dalam jajaran staffnya. Ditambah
amunisi baru seperti Muccinelli dan striker asal Denmark John Hansen. Setelah
Perang Dunia II usai Juve berhasil menambah dua gelar Seri-A pada 1949–50 dan
1951–52, dibawah kepelatihan orang Inggris, Jesse Carver.
Gianni
Agnelli lantas meninggalkan klub pada 18 September 1954. Tahun ini periode
gelap Juve dimulai dengan hanya mampu finish di posisi 7. Musim berikutnya, di
bawah arahan manajer Puppo yang mengandalkan skuat muda Juve mulai mencoba
bangkit. Setelah serangkaian kekalahan karena skuat yang belum matang, pada
November 1956 kabar baik berembus dengan masuknya Umberto Agnelli sebagai
komisioner klub. skuat menjadi kuat dengan kedatangan beberapa pemain hebat
seperti Omar Sivori dan pemuda Wales bernama John Charles yang menemani para punggawa
lama seperti Giampiero Boniperti.
Musim 1957-58, Juve kembali berjaya di Seri-A, dan menjadi klub Italia pertama
yang mendapatkan bintang kehormatan karena telah memenangi 10 gelar Liga
Seri-A. Di musim yang sama, Omar Sivori terpilih menjadi pemain Juventus
pertama yang memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa. Juve juga berhasil memenangi
Coppa Italia setelah mengalahkan ACF Fiorentina di final. Boniperti pensiun
di 1961 sebagai top skorer terbaik Juventus sepanjang masa dengan 182 gol di
semua kompetisi yang ia ikuti bersama Juventus.
Di era
1960-an, Juve hanya sekali memenangi Seri-A yaitu di musim 1966–67. Tetapi pada
era 1970-an, Juve kembali menemukan jatidirinya sebagai klub terbaik Italia. Di
bawah arahan Čestmír Vycpálek,
Juve berusaha bangkit di musim 1971-72. Di paruh pertama musim, Juve belum
stabil dalam permainan dan di paruh kedua mereka berhasil kembali ke performa
terbaik terutama saat mencapai final Fairs Cup (cikal bakal Piala UEFA) namun kalah dari Leeds United. Di pekan ke-4 liga, Juve
kemudian berhasil mengalahkan AC Milan 4-1 di San Siro ditandai permainan apik
Bettega dan Causio. Namun beberapa saat kemudian, Bettega harus istirahat
karena sakit dan posisi pertama klasemen milik Juve menjadi terancam. Untungnya
mereka berhasil konsisten dan merebut scudetto ke-14 mereka. Selanjutnya di
musim 1972-73 Juve kedatangan Dino Zoff dan Jose Altafini dari Napoli. Di musim ini,
Juve dihadapkan pada jadwal di Seri-A dan kompetisi Eropa. Setelah berjuang
sampai menit akhir, Juve berhasil menyalip AC Milan, yang secara mengejutkan
kalah dipertandingan terakhir mereka, dan merebut scudetto ke-15. Juve juga
bahkan berhasil masuk final Piala Champions musim tersebut, namun di mereka
kalah dari Ajax Amsterdam
yang dimotori oleh Johan Crujff.
Selanjutnya mereka berhasil menambah tiga gelar lagi bersama defender Gaetano Scirea di musim 1974-75, 1976–77
dan 1977–78. Dan dengan masuknya pelatih hebat bernama Giovanni Trapattoni,
Juve berhasil memperpanjang dominasi mereka di era 1980-an.
Scudetto ke-20 dan merajai Eropa (1981–1993)
Michel Platini, bintang Juventus era
1980-an.
Era tangan dingin
Trapattoni benar-benar membuat Seri-A porak poranda di 1980-an. Juve sangat perkasa di era
tersebut, dengan gelar Seri-A empat kali di era tersebut. Setelah 6 pemainnya
ikut andil dalam timnas Italia yang menjuarai Piala Dunia 1982 dengan Paolo Rossi sebagai salah satu pemain Juve
kemudian terpilih menjadi Pemain Terbaik Eropa pada 1982, sesaat setelah
berlangsungnya Piala Dunia di tahun tersebut. ditambah dengan kedatangan
bintang Prancis Michel Platini,
Juventus kembali difavoritkan di musim 1982-83. Namun Juventus yang juga
disibukkan dengan jadwal kejuaraan Eropa memulai kompetisi dengan lambat. Hal itu
ditunjukkan dengan menelan kekalahan dari Sampdoria di pertandingan pembuka
musim serta menang dengan tidak meyakinkan atas Fiorentina dan Torino.
Sementara di Eropa, mereka berhasil menyingkirkan Hvidovre (Denmark) dan Standard Liege (Belgia) di penyisihan. Akan
tetapi, Juventus kembali ke trek juara di musim dingin bersamaan keberhasilan
mereka menembus perempat final Liga Champions. Selanjutnya, kemenangan atas
Roma melalui 2 gol dari Platini dan Brio membuat jarak keduanya berselisih 3
poin dengan Roma di posisi puncak. Namun, karena konsentrasi Juve terpecah
antara Serie A dan Liga Champions akhirnya tidak berhasil mengejar AS Roma yang
menjadi juara. Juventus seharusnya bisa menumpahkan kekecewaannya di Liga saat
mereka bertemu Hamburg di final Liga Champions tapi hal itu tidak terjadi.
Berada di posisi kedua di kompetisi domestic dan Eropa, Juventus akhirnya
berhasil merebut gelar penghibur saat menjuarai Piala Italia dan Piala
Interkontinental.
Musim panas
1983, Juve kehilangan dua pilar inti mereka. Dino Zoff gantung sepatu di usia
41 tahun sedangkan Bettega beralih ke Kanada untuk mengakhiri karirnya di sana.
Juve lantas merekrut kiper baru dari Avellino: Stefano Tacconi dan Beniamino
Vinola dari klub yang sama. Sementara Nico Penzo menjadi pendampong Rossi di
lini depan. Juve pada saat itu berkonsentrasi penuh di dua kompetisi, Liga dan
Piala Winner. Hasilnya, melalui penampilan yang konsisten sepanjang musim, Juve
merengkuh gelar liga satu minggu sebelum kompetisi usai. Dan gelar ini ditambah
gelar lainnya di Piala Winner saat mereka mengalahkan Porto 2-1 di Basel pada
16 Mei 1984. Dua gelar ini sangat bersejarah dan merupakan prestasi bagi kapten
klub Scirea dan kawan-kawan.
Setelah era
keemasan Rossi usai, Michel Platini
kemudian secara mengejutkan berhasil menjadi pemain terbaik Eropa tiga kali
berturut-turut; 1983, 1984 dan 1985, dimana sampai saat ini belum ada pemain
yang bisa menyamai dirinya. Juventus menjadi satu-satunya klub yang mampu
mengantarkan pemainnya menjadi pemain terbaik Eropa sebanyak empat tahun
berurutan. Platini juga menjadi bintang saat Juve berhasil menjadi juara Liga Champions
Eropa pada 1985 dengan sumbangan satu gol semata wayangnya. Tragisnya,
final melawan Liverpool FC
dari Inggris tersebut yang berlangsung di Stadion Heysel Belgia, harus dibayar
mahal dengan kematian 39 tifoso Juventus akibat terlibat kerusuhan dengan para hooligans dari
Liverpool. Sebagai hukuman, tim-tim Inggris dilarang mengikuti semua kejuaraan
Eropa selama lima tahun. Juventus kemudian merebut scudetto terakhir mereka di
era 1980-an pada musim 1985-86, yang juga menjadi tahun terakhir Trappatoni di
Juventus. Memasuki akhir 1980-an, Juve gagal menunjukkan performa terbaiknya,
mereka harus mengakui keunggulan Napoli dengan bintang Diego Maradona, dan kebangkitan dua tim
kota Milan, AC Milan dan Inter Milan. Pada 1990, Juve pindah kandang
ke Stadio delle Alpi, yang dibangun untuk persiapan Piala Dunia 1990.
Era Marcello Lippi (1994–2003)
Terjerat masalah dan masa pemulihan (2004–kini)
Fabio Capello (foto saat masih menjadi
pemain Juventus tahun 1973) yang sempat menjadi pelatih Juventus di tahun
2004-2006.
Mantan
pemain Juventus era 1970-an, Fabio Capello diangkat menjadi pelatih Juve
pada 2004. Ia membawa timnya menjuarai dua musim Seri-A di musim 2004-05 dan
2005-06. Sayangnya, di Mei 2006 Juve ketahuan menjadi salah satu klub Seri-A
yang terlibat skandal pengaturan skor bersama AC Milan, AS Roma, SS Lazio, dan ACF Fiorentina. Juve terkena sanksi berat,
dimana mereka terpaksa di degradasi ke seri-B untuk pertama kali dalam sejarah.
Dua gelar yang dibawa Capello juga harus direlakan untuk dicabut.
Dibawah
manajer muda Perancis, Didier Deschamps
dan para pemain setia seperti Gianluigi Buffon dan Pavel Nedved, Juve menjadi
tim super di Seri-B dan dengan hasil sebagai juara seri-B untuk pertama
kalinya, Juve kembali ke Seri-A pada musim 2007-08. Claudio Ranieri diangkat menjadi pelatih
Juve setelah Deschamps berseteru soal bayaran gaji. Sayangnya usia Ranieri juga
tidak berlangsung lama setelah ia gagal membawa Juve juara di musim 2008-09.
Mantan pemain Juve lain, Ciro Ferrara
mulai bertugas menangani Juve di dua pertandingan akhir musim 2008-09 dan
melanjutkan posisinya untuk musim 2009-10. Namun Ferrara pun tidak bisa
bertahan lama, karena di bulan Januari 2010 ia gagal membawa Juve berprestasi
lebih baik setelah kandas di babak penyisihan grup Liga Champions. Ia pun
akhirnya digantikan oleh Alberto Zaccheroni.
Zaccheroni menangangi Juventus sampai akhir musim 2009-10 dan kemudian ia
digantikan oleh Luigi Del Neri
untuk musim 2010-11. Namun setelah serentetan hasil buruk di paruh musim kedua,
manajemen Juventus akhirnya memutuskan untuk memecat Del Neri tidak lama
setelah musim berakhir, dan ia digantikan oleh mantan bintang Juventus di era
1990-an, Antonio Conte.
Serba-serbi klub
Warna, logo, dan julukan
Logo lama
Juventus yang digunakan sampai musim 2004-05.
Juventus
telah bermain memakai kostum berwarna hitam dan putih ala zebra sejak tahun
1903. Aslinya, Juve bermain memakai kostum berwarna pink, tetapi karena satu
dan lain hal, salah satu pemain Juve malah tampil dengan pakaian belang.
Akhirnya Juve memutuska untuk beralih kostum menjadi belang hitam-putih.
Juventus
lantas menanyakan pada pemain yang memakai baju belang tersebut, yaitu orang
Inggris bernama John Savage, apakah ia bisa mengontak teman-temannya di Inggris
yang bisa menyuplai kostum Juve dengan warna tersebut. Ia lantas menghubungi
temannya yang tinggal di Nottingham, yang menjadi supporter Notts County, untuk mengirim kostum belang
hitam-putih ke Turin, dan temannya tersebut menyanggupinya.
Logo resmi
Juventus Football Club telah mengalami berbagai perubahan dan modifikasi sejak
tahun 1920. Modifikasi terakhir adalah pada musim 2004-05. Dimana saat itu
mereka mengubah logo menjadi oval, dengan lima garis vertical, dan banteng yang
dibentuk dalam sebuah siluet. Dahulu sebelum musim 2004-05, Juve memiliki
sebuah symbol berwarna biru (yang merupakan symbol lain dari kota Turin).
Selain itu ditambahkan juga dua bintang yang menggambarkan mereka sebagai
satu-satunya klub yang mampu memenagi gelar Seri-A 20 kali. Sementara di era
1980-an, logo Juve lebih banyak dihiasi dengan siluet seekor zebra,
menggambarkan mereka sebagai tim zebra kuat di Seri-A.
Dalam
perjalanan sejarahnya, Juve telah memiliki beberapa nama julukan, la Vecchia
Signora (the Old Lady dalam bahasa Inggris atau "si Nyonya Tua"
dalam bahasa Indonesia) merupakan salah satu contoh. Kata "old" (tua)
merupakan bagian dari nama Juventus, yang berarti "youth" (muda)
dalam Latin. Nama ini diambil dari usia para
pemain Juventus yang muda-muda di era 1930-an. Nama "lady" (nyonya)
merupakan bagian dari sebutan para tifoso ketika memanggil Juve sebelum era
1930-an. Klub ini juga mendapat julukan la Fidanzata d'Italia (the
Girlfriend of Italy dalam bahasa Inggris atau "Pacar Italia" dalam
bahasa Indonesia), karena selama beberapa tahun, Juve selalu memasok pemain
baru dari daerah selatan Itala seperti dari Naples atau Palermo, dimana selain
bermain sebagai pemain sepak bola, mereka juga bekerja untuk FIAT sejak awal
1930-an. Nama lain Juve adalah: I Bianconeri (the black-and-whites, atau
Si Belang) dan Le Zebre (the zebras, atau Si Zebra)
yang merujuk pada warna kostum Juventus.
Stadion
Stadion
Olimpiade Torino, Stadion Delle Alpi,
dan Juventus Stadium
Stadion
Olimpiade Torino, kandang Juventus dari 1933 sampai 1990.
Setelah dua
musim perdana mereka (1897 dan 1898), dimana Juve bermain di Parco del
Valentino dan Parco Cittadella, pertandingan-pertandingan selanjutnya di gelar
di Piazza d'Armi Stadium sampai 1908, kecuali di 1905 saat nama Scudetto diperkenalkan
untuk pertama kali, dan di 1906, dimana Juve bermain di Corso Re
Umberto.
Dari 1909
sampai 1922, Juve bermain di Corso Sebastopoli Camp, dan selanjutnya mereka
pindah ke Corso Marsiglia Camp dimana mereka bertahan sampai 1933, dan
memenangi empat gelar liga. Di akhir 1933 mereka bermain di Stadion
Mussolini yang disiapkan untuk Piala Dunia 1934. Setelah PDII,
stadion tersebut berganti nama menjadi Stadion Comunale Vittorio Pozzo.
Juventus memainkan pertandingan kandangnya di sana selama 57 tahun dengan total
pertandingan sebanyak 890 kali. Sampai akhir Juli 2003 tempat tersebut masih
dipakai sebagai sempat latihan Juve yang resmi.
Dari tahun
1990 sampai akhir musim 2005-06, Juve menggunakan Stadion Delle Alpi,
sebagai kandang mereka yang aslinya dibangun untuk Piala Dunia 1990, sesekali
Juve juga menggunakan stadion lain seperti Renzo Barbera
di Palermo, Dino Manuzzi di Cesena dan San Siro
di Milan.
Agustus 2006
Juve kembali bermain di Stadion Comunale, yang sekarang dikenal dengan nama Stadion
Olimpiade, setelah Stadion Delle Alpi dipakai dan kemudian
direnovasi untuk Olimpiade Musim Dingin Turin 2006.
Pada
November 2008 Juventus mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan dana
sebesar €100 juta untuk membangun stadion baru di bekas lahan Stadion Delle
Alpi. Berbeda dengan Delle Alpi, stadion baru Juve ini tidak menyertakan
lintasan lari, dan jarak antara penonton dengan lapangan hanya 8,5 meter saja,
mirip dengan mayoritas stadion di Inggris, dimana kapasitasnya diperkirakan
akan berisi 41.000 kursi. Pekerjaan ini dimulai pada musim semi 2009, dan mulai
awal musim 2011-12 stadion tersebut kemudian dipakai untuk mengarungi musim dan
sejarah baru Juventus.
Pendukung
Tifosi
Juventus dalam sebuah pertandingan.
Juventus
merupakan salah satu klub sepak bola dengan jumlah pendukung terbesar di
Italia, dengan jumlah tifoso hampir 12 juta orang (32.5% dari total tifosi bola
di Italia), merujuk pada penelitian yang dilakukan pada Agustus 2008 oleh
harian La Repubblica,
dan merupakan salah satu klub dengan jumlah supporter terbesar di dunia, dengan
jumlah fans hampir 170 juta orang (43 juta orang di Eropa), selebihnya ada di
Mediterrania, yang kebanyakkan diisi oleh imigran Italia. Tim Turin ini juga
mempunyai fans club yang cukup besar di seluruh dunia, salah satunya di
Indonesia melalui Juventini Indonesia.
Tiket-tiket
pertandingan kandang Juve memang tidak selalu habis setiap kali Juve bertanding
di Seri-A atau Eropa, kebanyakkan fans Juve di Turin mendukung tim kesayangan
mereka lewat bar-bar atau restoran. Di luar Italia, kekuatan supporter Juventus
sangatlah kuat. Juve juga sangat popular di Italia Utara dan Pulau Sisilia, dan
menjadi kekuatan besar saat Juve bertanding tandang, lebih dibandingkan para
pendukung di Turin sendiri.
Untuk
kawasan Indonesia sendiri sejak awal musim 2006-07
sudah berdiri sebuah komunitas khusus bagi para penggemar Juventus, dengan nama
Juventus Club Indonesia (JCI). Komunitas ini kemudian diakui sebagai
satu-satunya fans club resmi Juventus untuk Indonesia pada awal musim 2008-09
setelah hampir tiga tahun berjuang untuk mendapatkan lisensi dari pihak
Juventus Italia.
Rivalitas
: Derby
d'Italia dan Derby della Mole
Juventus
mempunyai beberapa rival utama di Italia. Pertama adalah klub sekota, FC Torino, di mana setiap pertandingan
derbi melawan Torino selalu dijuluki Derby della Mole (Derby dari
Torino) yang berawal sejak tahun 1906 di mana lucunya Torino sendiri didirikan
oleh mantan-mantan pemain Juventus. Rival Juve yang lain di Italia adalah Internazionale;
pertandingan Juve vs. Inter dijuluki sebagai Derby d'Italia (Derby dari
Italia). Sampai akhir musim 2006 ketika Juve terlempar ke seri-B, Inter dan
Juve merupakan dua tim yang tidak pernah terdegradasi ke seri-B. Dua klub ini
juga menjadi klub dengan fans terbesar di Italia, sejak pertengahan 1990-an.
Juve juga memiliki rival dengan AC Milan, AS Roma dan AC Fiorentina.
Sementara
untuk kawasan Eropa sendiri, rival utama Juventus adalah Manchester United
FC dari Inggris dan FC Bayern Munich dari Jerman, dimana
keduanya sangat sering sekali bertemu di ajang Liga Champions
Eropa. Satu lagi rival utama Juventus di Eropa adalah Liverpool FC. Khusus Liverpool, tifosi Juve
tidak akan pernah melupakan tragedi kerusuhan Heysel 1985 (final Liga Champions
1985), dimana sekitar 30 orang lebih pendukung Juventus tewas di stadion yang
berada di Belgia tersebut.
Himne Juventus
Setiap kali
Juventus bertanding dihadapan para pendukungnya di Stadion delle Alpi
atau Stadion
Olimpiade Torino para pendukug Juve selalu menyanyikan sebuah lagu
khas untuk mendukung timnya yang tidak diketahui siapa pencipta lagu tersebut.
Berikut adalah petikan lagu himne Juventus:
Bahasa Italia
|
Bahasa Inggris
|
Bahasa Indonesia
|
Forza la
Juve la Juve la Juve ale'
E'
bianconera la bella signora
Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' grande la Juve ale'
Tu sei la
squadra del cuore
Sempre in campo undici eroi Vinci l'impossibile e vai Ti seguiremo anche noi
Metti
un'altra stella sul petto
Mille mani al cielo per te... insieme L'onda di una magica ola partirà
Forza la
Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la bella signora Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale'
Forza la
Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la nostra bandiera Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale'
Juve...
Juve... Juve... Juve...
Notte di
Coppa Campioni
Notte che non finirà mai Grande l'emozione che dai quando tu vinci per noi
Tutti allo
stadio a sognare
Aspettando l'urlo di un goal... insieme L'onda di una magica ola partirà
Forza la
Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la nostra bandiera Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale'
Forza la
Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la bella signora Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' grande la Juve ale'
Juve...Juve...
|
Forza Juve
Juve Juve ale'
And the
beautiful lady in black and white
Ale' Juve Juve Juve ale' Only Juve and great Juve ale'
You are
the favorite team
Also in the eleven heroes Win the impossible and go We will follow
Put
another star on his chest
A thousand hands to heaven for you... set The wave of a magic is start
Forza Juve
Juve Juve ale'
And the beautiful lady in black and white Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale'
Forza Juve
Juve Juve ale'
The black-white is our flag Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale'
Juve ...
Juve ... Juve ... Juve ...
Night of
Champions Cup
Night that never ends Great feeling from your fans When you win for us
All dream
in the stadium
Waiting for the roar of a goal... set The wave of a magic is start
Forza Juve
Juve Juve ale '
The black-white is our flag Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale'
Forza Juve
Juve Juve ale'
And the beautiful lady in black and white Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and great Juve ale'
Juve...
Juve...
|
Forza Juve
Juve Juve ale'
Dan wanita
cantik dalam warna hitam dan putih
Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale'
Anda
adalah tim favorit
Dengan sebelas pahlawan Pergi untuk meraih kemenangan yang tidak terduga Dan kami akan mengikuti
Pasang
bintang lain di dadamu
Seribu tangan ke surga akan diatur untuk Anda... Di awali sebuah gelombang ajaib
Forza Juve
Juve Juve ale'
Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'
Forza Juve
Juve Juve ale'
Bendera hitam-putih adalah bendera kita Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'
Juve...
Juve... Juve... Juve...
Malam
dengan pesta kemenangan
Malam yang tidak pernah berakhir Perasaan sukacita dari penggemar Anda Ketika Anda menang bagi kami
Semua
mimpi di stadion
Menunggu gol yang datang... Di awali sebuah gelombang ajaib
Forza Juve
Juve Juve ale'
Bendera hitam-putih adalah bendera kita Forza Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'
Forza Juve
Juve Juve ale'
Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale'
Juve...
Juve...
|
Pembinaan pemain muda
Para pemain
muda dari Juventus telah dikenal sebagai salah satu barisan pemain muda terbaik
di Eropa, terutama di Italia. Walaupun tidak semua pemain muda Juve mampu masuk
ke tim utama, beberapa di antara mereka sukses juga saat bergabung di klub
lain. Dibawah asuhan pelatih Vincenzo
Chiarenza, skuat Primavera (U-20) menikmati beragam prestadi,
di antaranya adalah merajai kompetisi dari tahun 2004 sampai 2006.
Barisan
pemain muda Juventus juga dikenal berkontribusi baik bagi tim nasional senior
dan juga junior. Diantara pemain-pemain muda Juventus yang berbakat baik antara
lain: Gianpiero Combi
untuk Piala Dunia 1934,
kemudian Pietro Rava untuk Olimpiade 1936
dan Piala Dunia 1938,
lalu kemudian ada Giampiero Boniperti,
Roberto Bettega, dan bintang Piala Dunia 1982 Paolo Rossi dan yang terkini adalah
Domenico Criscito dan Claudio Marchisio yang menjadi sebagian kecil dari mantan
pemain akademi Juventus yang sukses di level internasional.
Mirip dengan
yang dilakukan klub Eredivisie Belanda, Ajax Amsterdam dan beberapa klub Liga
Premier Inggris, Juventus juga mengoperasikan beberapa klub sepak bola satelit
dan sekolah sepak bola di beberapa negara di dunia (misal: Amerika Serikat, Kanada, Yunani, Arab Saudi, Australia dan Swiss)
dan juga beberapa kamp sepak bola di beberapa negara lainnya untuk mencari
pemain-pemain muda berbakat.
Prestasi dan penghargaan
Secara umum,
Juventus adalah klub tersukses di Italia dengan raihan gelar 40 gelar nasional
di Italia, dan salah satu klub tersukses di dunia, dengan raihan 11 gelar
internasional, dengan raihan rekor 9 gelar UEFA dan dua FIFA menjadikan mereka
sebagai klub ketiga yang sukses di Eropa dan juga dunia dimana semuanya telah
diakui secara pasti oleh UEFA dan FIFA, beserta enam konfederasi sepak bola
dunia.
Juventus
telah memenangi 27 gelar Seri-A, dan menjadi rekor terbanyak sampai saat ini,dan
juga menjadi catatan tersendiri saat Juve mendominasi lima musim berturut-turut
Seri-A dari musim 1930-31 sampai 1934-35. Mereka juga telah memenangi Piala
Italia Sembilan kali, dan menjadi rekor sampai saat ini.
Juventus
menjadi satu-satunya klub sepak bola Italia yang telah mendapatkan dua bintang
sebagai tanda mereka telah menjuarai Seri-A lebih dari 20 kali. Bintang pertama
mereka dapatkan pada musim 1957-58 ketika Juve berhasil menjuarai Seri-A untuk
kesepuluh kalinya, dan yang kedua pada 1981-82 ketika Juve menjuarai Seri-A
untuk keduapuluh kalinya. Juventus juga merupakan klub Italia pertama yang
memenangi gelar dobel (Seri-A dan Coppa Italia) sebanyak dua kali, yaitu pada
1959-60 dan 1994-95.
Juventus
tercatatkan juga sebagai klub pertama dan satu-satunya di dunia yang berhasil
memenangi seluruh gelar kejuaraan resmi, yang diakui oleh FIFA, Juve memenangi
Piala UEFA tiga kali, berbagi rekor bersama Liverpool dan Inter Milan.
Klub Turin
ini menempati posisi 7 —tetapi teratas untuk klub Italia—dalam daftar Klub
Terbaik FIFA Abad 20 yang diumumkan pada 23 Desember 2000.
Juventus
juga mendapatkan status sebagai World's Club Team of the Year sebanyak dua kali
tepatnya pada 1993 dan 1996, dan menempati rangking 3 dalam Rangking Klub
Sepanjang masa (1991-2008) oleh International Federation of Football History
& Statistics.
Gelar juara nasional Italia
Juara (27 kali): 1905; 1925-26[64]; 1930–31; 1931-32; 1932–33;
1933–34; 1934–35; 1949–50; 1951–52; 1957–58; 1959–60; 1960–61; 1966–67;
1971–72; 1972–73; 1974–75; 1976–77; 1977–78; 1980–81; 1981–82; 1983–84;
1985–86; 1994–95; 1996–97; 1997–98; 2001–02; 2002–03.
Posisi kedua (20 kali): 1903; 1904; 1906; 1937–38; 1945–46;
1946–47; 1952–53; 1953–54; 1962–63; 1973–74; 1975–76; 1979–80; 1982–83;
1986–87; 1991–92; 1993–94; 1995–96; 1999–00; 2000–01; 2008-09
- Lega Calcio Seri-B
Juara (1 kali): 2006-07.
Juara (9 kali): 1937–38; 1941–42; 1958–59; 1959–60;
1964–65; 1978–79; 1982–83; 1989–90; 1994–95.
Juara kedua (4 kali): 1972–73; 1991–92; 2001–02; 2003–04.
- Piala Super Italia
Juara kedua (3 kali): 1990;
1998;
2005.
- Piala Kremlin
Juara (2 kali): 1954,
1958.
Gelar Eropa dan dunia
- Piala/Liga Champions
Juara kedua (5 kali): 1972–73; 1982–83; 1996–97; 1997–98;
2002–03
- Piala UEFA/Liga Europa
Juara kedua (1 kali): 1994–95.
- Piala Super Eropa
Juara (2 kali): 1984,
1996.
- Piala Toyota Intercontinental
Juara kedua (1 kali): 1973.
Rekor dan statistik klub
Rekor dan statistik dari Juventus F.C.
Replika kaus
Alex del Piero
saat ia telah mengikuti 500 pertandingan di bawah bendera Juventus.
Alessandro Del
Piero memegang rekor sebagai pemain Juve yang paling banyak tampil
dalam pertandingan (600 kali sampai 10 Mei 2009). Ia mengambil alih posisi
tersebut dari legenda Juve, Gaetano Scirea pada 6 Maret 2008 saat
melawan Palermo. Giampiero Boniperti
memegang rekor sebagai pemain yang banyak tampil di seri-A dengan 444 kali
penampilan.
Bila
dihitung dengan seluruh kompetisi resmi yang diikuti Juventus, Alessandro Del
Piero memegang rekor sebagai topskor Juve dengan 241 gol sampai 19 Mei 2008,
sejak pertama ia bergabung pada 1993. Giampiero Boniperti, yang sempat
menduduki posisi tersebut dengan 182 gol menyusul di posisi kedua, tetapi
secara statistic ia masih menjadi topskor terbanyak di ajang seri-A sampai Juni
2007.
Pada musim
1933-34, Felice Placido Borel II° mencetak 31 gol dalam 34 kali penampilan,
menjadikan rekor pribadi bagi dirinya dan Juventus dalam satu musim. Ferenc
Hirzer menjadi topskor terbanyak dalam satu musim dengan 35 gol dalam 26
penampilan di musim 1925-26 (rekor juga untuk sepakbola Italia). Gol paling
banyak tercipta oleh satu pemain adalah 6 gol yang dicapai oleh Omar Enrique
Sivori ketika Juventus melawan Inter Milan pada musim 1960-61.
Pertandingan
resmi perdana yang diikuti oleh Juventus adalah Third Federal Football Championship,
yang merupakan pendahulu dari seri-A, melawan Torinese dimana Juve kalah 0-1. Kemenangan
terbesar yang dicetak Juve adalah saat melawan Cento dengan skor 15-0 di ronde
kedua Coppa Italia pada musim 1926-27. Di seri-A sendiri, Fiorentina dan
Fiumana adalah dua klub yang sempat dikalahkan Juve dengan skor besar,
masing-masing klub kalah dari Juve dengan skor 11-0 di musim 1928-29. Kekalahan
Juventus terbesar diderita saat mereka menjalani musim 1911-12 (melawan AC Milan kalah dengan skor 1-8) dan musim
1912-13 (melawan rival sekota AC Torino kalah
dengan skor 0-8).
Si Nyonya
Tua memegang rekor sebagai tim dengan produktivitas gol paling besar sepanjang
musim, di semua kompetisi, tepatnya pada musim 1992-93 dengan total 106 gol
sepanjang musim. Penjualan Zinedine Zidane ke Real Madrid pada 2001
menjadi rekor dunia dengan nilai £46 juta sebelum dipecahkan oleh Cristiano Ronaldo yang juga pindah ke klub
yang sama dengan nilai £82 juta.
Kontribusi untuk tim nasional Italia
Juventus F.C. dan tim nasional sepak bola Italia
Gianluigi Buffon, salah satu pemain
Juventus yang menjadi langganan timnas Italia.
Secara
keseluruhan, Juventus merupakan klub yang paling banyak menyumbang pemain untuk
timnas Italia dalam sejarah, Si Nyonya Tua menjadi satu-satunya klub yang
menyumbangkan pemain sejak Piala Dunia 1934. Juve juga menjadi contributor
utama untuk timnas Italia yang dikenal dengan sebutan Dua Era Emas, yang
pertama adalah saat era Quinquennio d'Oro (The Golden Quinquennium),
dari 1931 sampai 1935, dan Ciclo Leggendario (The Legendary Cycle), dari
1972 sampai 1986.
Berikut
adalah daftar pemain Juventus yang dipanggil masuk ke dalam skuat tim Azzuri
Italia saat mereka memenangi gelar juara dunia:
- Piala Dunia 1934 (9); Gianpiero Combi, Virginio Rosetta, Luigi Bertolini, Felice Borel IIº, Umberto Caligaris, Giovanni Ferrari, Luis Monti, Raimundo Orsi and Mario Varglien Iº
- Piala Dunia 1938 (2); Alfredo Foni dan Pietro Rava
- Piala Dunia 1982 (6); Dino Zoff, Antonio Cabrini, Claudio Gentile, Paolo Rossi, Gaetano Scirea dan Marco Tardelli
- Piala Dunia 2006 (5); Fabio Cannavaro, Gianluigi Buffon, Mauro Camoranesi, Alessandro Del Piero dan Gianluca Zambrotta
Dua pemain
Juve memenangi gelar Sepatu Emas di Piala Dunia, yang pertama adalah Paolo
Rossi di 1982 dan Salvatore Schillaci di Piala Dunia 1990. Sebagai kontributor untuk
timnas juara dunia Italia, dua pemain Juve yaitu Alfredo Foni dan Pietro Rava,
juga berhasil mengantarkan Italia merebut medali emas dalam Olimpiade Musim
Panas 1936. Pemain Juve lainnya, Sandro Salvadore, Ernesto Càstano dan
Giancarlo Bercellino juga menjadi bagian dari timnas juara Eropa Italia tahun
1968
Juventus
juga berperan dalam menyumbang pemain-pemain hebat untuk timnas non-Italia. Zinedine Zidane dan Didier Deschamps adalah dua pemain Juve
saat mereka memenangi Piala Dunia 1998 membuat Juventus menjadi penyumbang
terbanyak skuat juara dunia suatu timnas dengan jumlah 24 pemain. Pemain timnas
Perancis lain seperti Patrick Vieira,
David Trézéguet
dan Lilian Thuram juga sempat singgah bermain
di Juventus. Tiga pemain Juve juga memenangi kejuaraan Piala Eropa dengan
timnas non-Italia, Luis del Sol menjadi salah satunya saat ia memenangi Piala
Eropa 1964 bersama Spanyol, disusul Michel Platini dan Zidane yang memenangi
Euro 1984 dan Euro 2000.
Juventus sebagai perusahaan
Juventus dalam bisnis
Juventus F.C. S.p.A
|
|
Pendapatan
|
▼ €240,165,610 (2009–10)
|
Laba usaha
|
▼ €5,219,706 (2009–10)
|
Laba bersih
|
▼ net loss €10,967,944 (2009–10)
|
Jumlah aset
|
▲ €291,292,220 (2009–10)
|
Jumlah ekuitas
|
▼ €90,303,924 (2009–10)
|
Sejak 27
Juni 1967, Juve tercatat sebagai perushaan publik, dan sejak 3 Desember 2001
nama mereka tercatat di Borsa Italiana. Saat ini saham Juventus dimiliki
sebanyak 60% oleh Exor S.p.A, dan FIAT Group (keluarga Agnelli). 7.5% untuk
Libyan Arab Foreign Investment Co. dan 32.5% kepada pemegang saham lainnya.
Bersama SS Lazio dan AS Roma, Juve menjadi satu dari tiga klub
yang tercatat di Bursa Efek Italia. Juventus juga menjadi satu-satunya klub
sepak bola yang menjadi anggota STAR (Segment of Stocks conforming to High
Requirements, it. Segmento
Titoli con Alti Requisiti), salah satu market segmen di dunia.
Tempat
latihan Juve saat ini dimiliki oleh Vinovo S.p.A., dan diawasi oleh Juventus
Football Club S.p.A dengan kepemilikan modal mencapai 71.3%.
Sejak 1 Juli
2008 Juve bergabung menjadi anggoya Safety Management System untuk karyawan dan
atlet sesuai regulasi internasional OHSAS 18001:2007 dan anggota Safety
Management System untuk sektor medis sesuai regulasi internasional ISO
9001:2000 resolution.
Merujuk pada
jurnal ekonomi The Football Money League yang diterbitkan oleh konsultan
keuangan Deloitte, di musim 2005-06 Juventus menjadi
klub dengan pemasukan terbesar ketiga di dunia dengan prakiraan pemasukan
€251.2 juta. Saat ini, Juve tercatat sebagai klub sepak bola terkaya di dunia
berdasar rangking majalah Forbes, dimana di Italia
mereka adalah yang terkaya kedua dibelakang AC Milan yang dimiliki raja media Italia Silvio Berlusconi.
Pemasok kostum dan sponsor
Periode
|
Produsen kostum
|
Sponsor
|
1979–1989
|
Kappa
|
Ariston
|
1989–1992
|
UPIM
|
|
1992–1995
|
Danone
|
|
1995–1998
|
Sony / Sony
Minidisc
|
|
1998–1999
|
D+Libertà digitale / Tele+
|
|
1999–2000
|
CanalSatellite / D+Libertà digitale / Sony
|
|
2000–2001
|
Ciao Web / Lotto
|
Sportal.com / Tele+
|
2001–2002
|
Lotto
|
FASTWEB / Tu Mobile
|
2002–2003
|
FASTWEB / Tamoil
|
|
2003–2004
|
||
2004–2005
|
SKY Italia / Tamoil
|
|
2005–2007
|
Tamoil
|
|
2007–2010
|
New Holland FIAT Group
|
|
2010–2012
|
BetClic / Balocco
|
Juventus dan kemanusiaan
Juventus
juga menunjukan komitmennya terhadap segala masalah-masalah humanis dan sosial. Komitmen-komitmen dan proyek-proyek yang
senantiasa didukung oleh klub telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
setiap kebijakan dan budaya mereka dalam mewujudkan sebuah nilai-nilai dan
idealisme serupa yang selalu dipegang teguh oleh Juventus dalam dunia olahraga
dan dapat pula dirasakan dalam bentuk bakti sosial kepada masyarakat.
Keterlibatan
dan komitmen klub dalam membantu menangani masalah-masalah sosial tentunya
datang dari sensitifitas pihak manajemen Juventus terhadap masalah tersebut,
yang kemudian berkembang melalui jaringan para penggemar, supporter dan
simpatisannya yang tersebar di seluruh dunia. Juventus mampu menciptakan sebuah
gairah positif dalam dunia sepak nola yang membuat kelompok-kelompok masyarakat
ini memiliki kesamaan keinginan untuk melakukan kebaikan bagi sesama, serta
membentuk rasa kesadaran terhadap masalah-masalah tersebut. Hanya dengan sebuah
upaya bersama dan mencetak manusia-manusia yang memiliki tingkat kepedulian
yang tinggi, yang termasuk pula para pemain hebat yang turut serta bergabung,
maka sangatlah mungkin keberhasilan atas rencana besar ini akan dapat diraih.
Dalam
beberapa tahun terakhir komitmen-komitmen sosial Juventus telah berhasil
menggapai beberapa area dan upaya tersebut telah melahirkan penghargaan yang di
kenal dengan "Scudetto della Solidarieta", yang merupakan sebuah
penghargaan yang diberikan oleh majalah VITA. Inisiatif-inisiatif Juve yang
telah berhasil di antaranya:
- Fatti e Progetti per i Giovani yaitu sebuah perencanaan dalam pengembangan taraf hidup generasi muda yang kemudian membuat meraka belajar hal-hal yang berguna.
- Pembangunan sebuah “Asylum” untuk mengenang Edoardo Agnelli, berkerjasama dengan Vicenza Voluntary Groups, dengan tujuan untuk memberikan tempat penampungan bagi kaum ibu yang berada dalam kesulitan.
- Proyek "Growing Together at The Sant’Anna", dengan tujuan untuk meningkatkan nilai pendanaan bagi proyek perbaikan ruang perawatan bayi yang baru lahir pada Rumah sakit Sant'Anna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar